Jenis Benang (Types of Yarn)

JENIS BENANG:
Pentingnya mengetahui tentang benang atas bahan kaos yang kita kehendaki adalah berkaitan dengan ketebalan atau gramasi bahan kaos itu sendiri.

1. BENANG 20S:
Biasanya dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 180 sampai dengan 220 Gram / Meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt.

2. BENANG 24S:
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 170 sampai dengan 210 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt.

3. BENANG 30S:
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 140 sampai dengan 160 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt atau Gramasi 210 sampai dengan 230 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Double Knitt.

4. BENANG 40 S:
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 110 sampai dengan 120 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt atau Gramasi 180 sampai dengan 200 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Double Knitt.

sumber: http://terimaorderlo.wordpress.com/

Digital T-shirt: Transfer Paper

Bila anda ingin memberi hadiah ulang tahun untuk anak atau untuk keperluan acara-acara khusus di kantor atau di lingkungan tempat tinggal, maka kaos dengan desain unik yang anda buat sendiri bisa menjadi salah satu ide yang menarik. Dengan adanya teknologi sablon digital, kini anda bisa menyablon kaos dengan gambar, tulisan hasil desain sendiri atau koleksi dari foto digital. Sablon digital dengan sangat mudah dan bisa dikerjakan sendiri dirumah menggunakan transfer paper.
Transfer paper ini didisain khusus untuk men-trasfer gambar atau tulisan ke kaos polos dengan cara pemberian panas. Cara sablon menggunakan transfer paper ini tidak memerlukan banyak peralatan. Anda cukup memiliki komputer – dengan software seperti coreldraw atau photoshop – dan printer untuk mencetak disain ke transfer paper. Anda bisa menggunakan printer inkjet untuk mencetaknya. Transfer paper ini biasa dijual per 6 lembar atau 12 lembar per paknya di toko-toko yang menjual tinta dan aksesoris komputer. Selain itu, tentu saja anda harus memiliki kaos polos sebagai medianya.

Transfer paper:
Ada dua macam transfer paper. Bila anda ingin mentransfer disain ke kaos polos yang berwarna putih, abu-abu atau warna-warna terang lainnya maka gunakan transfer paper standard atau biasa disebut transfer paper clear. Sedang untuk kaos polos yang berwarna lebih gelap atau hitam maka gunakan transfer paper dark.
Jenis kertas ada 2 macam:
1. Untuk Light Fabrics (kaos terang/putih)
2. Untuk Dark Fabrics (kaos gelap/hitam)

Tinta:
1. Original ink (Epson Durabrite adalah yang terbaik) (disarankan).
2. Jika menggunakan tinta infus, gunakan tinta pigmen (masih aman).
3. Tinta warna Laserjet (bagus juga tapi sayang toner nya mahal).
*Jangan gunakan tinta infus yg dye ink (cepat luntur hanya warna saja yg lebih cerah).

Proses:



A. Untuk transfer paper pada kaos putih:
1. Desain.
2. Print terbalik (mirror) pada kertas transfer.
3. Letakan kertas yg di print menghadap kaos.
4. Press dgn mesin heatpress (100-150 drajat, 5-10 detik)
atau menggunakan strika gosok perlahan dan merata.
5. lepaskan (kupas) lapisan penutupnya stl dingin.

B. Untuk transfer paper pada kaos hitam:
1. Desain.
2. Print (jangan di mirror).
3. Letakan di atas kaos (bagian terprint menghadap ke atas).
4. Tutup (lindungi) kertas transfer dgn kertas khusus (spt kertas minyak) -- ketika membeli selalu ada kertas ini di dalamnya.
5. Press dgn mesin heatpress (100-150 drajat, 5-10 detik) lepaskan kertas pelindung tadi. setelah dingin.

Keuntungan pakai sistem ini:
1. Pekerjaan mudah dan proses cepat.
2. Gambar bisa full color.
3. Dapat di atas kaos cotton, polyester, polycotton, silk, kanvas, dsb.

Kerugian:
1. Diperlukan perawatan khusus untuk kaos yang dicetak dengan transfer paper (cuci tidak di kucek/sikat, tdk menggunakan bleach, tidak boleh rendam terlalu lama, jgn gunakan pengering dryer machine, sebaiknya diangin-dinginkan saja, setrika tidak langsung kena transfer paper, jangan dipakai tidur).
2. Jika menggunakan tinta infus dye ink cepat luntur.
3. Seapik apapun dlm merawat kaos, transfer paper akan rusak, pecah, atau terkelupas setelah beberapakali cuci (10-20X cuci jika durawat dgn baik).

Target market:
Jenis digital transfer ini sebaiknya (efektif) digunakan utk acara-acara tertentu yg memerlukan penanganan cepat (seperti kampanye, acara tv, panitia acara live music, just for fun dsb). Bukan untuk konsumen yg menginginkan kaos untuk dipakai selamanya.
Credit to nararya @kaskus

Bahan Baku Kaos

Bahan Baku Kapas adalah suatu serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut dengan "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropis dan subtropis. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun atau cotton (benang maupun kainnya).

Serat kapas merupakan produk yang sangat berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan/pengolahan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat).


Sekarang ini kapas diproduksi di banyak negara di dunia, termasuk Eropa, Asia, Afrika, Amerika, dan Australia, menggunakan tanaman kapas yang telah dipilih jadi dapat menghasilkan lebih banyak serat atau fiber. Pada 2002, kapas ditumbuhkan di 330.000 km² ladang, 47 milyar pon kapas mentah seharga 20 milyar dolar AS ditumbuhkan pada tahun tersebut.

SEJARAH T-SHIRT

SEJARAH T-SHIRT / KAOS OBLONG


KAOS OBLONG
Berasal dari kata “shirt”.Kata tambahan “T”, konon dikarenakan oleh bentuknya yang menyerupai huruf “T”. Maka jadilah “T-shirt”.

Di Indonesia, kata “T-shirt” diterjemahkan menjadi “kaos oblong”. Dalam Kamus Indonesia-Inggris Hassan Shadily (1997) menyamakatakan “kaos oblong” dengan kata “kaos dalam”, “singlet”, dan “undershirt”.

SEJARAH T-SHIRT
Dulu benda ini tidak jelas siapa penemunya, hanya dipakai sebagai pakaian dalam oleh kaum pria. Mungkin sekarang anda akan menemukan seperti kaos dalam laki-laki yang polos dan masih sederhana.Warna dan bentuknya (model) itu-itu melulu yaitu dengan warna putih, dan belum ada variasi ukuran, kerah dan lingkar lengan.


T-shirt alias kaos oblong ini mulai dipopulerkan sewaktu dipakai oleh Marlon Brando pada tahun 1947, yaitu ketika ia memerankan tokoh Stanley Kowalsky dalam pentas teater dengan lakon “A Street Named Desire” karya Tenesse William di Broadway, AS. T-shirt berwarna abu-abu yang dikenakannya begitu pas dan lekat di tubuh Brando, serta sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Pada waktu itu penontong langsung berdecak kagum dan terpaku. Meski demikian, ada juga penonton yang protes, yang beranggapan bahwa pemakaian kaos oblong tersebut termasuk kurang ajar dan pemberontakan. Tak pelak, munculah polemik seputar kaos oblong.

Polemik yang terjadi yakni, sebagian kalangan menilai pemakaian kaos oblong – undershirt – sebagai busana luar adalah tidak sopan dan tidak beretika.Namun di kalangan lainnya, terutama anak muda pasca pentas teater tahun 1947 itu, justru dilanda demam kaos oblong, bahkan menganggap benda ini sebagai lambang kebebasan anak muda. Dan, bagi anak muda itu, kaos oblong bukan semata-mada suatu mode atau tren, melainkan merupakan bagian dari keseharian mereka.

Polemik tersebut selanjutnya justru menaikkan publisitas dan popularitas kaos oblong dalam percaturan mode. Akibatnya pula, beberapa perusahaan konveksi mulai bersemangat memproduksi benda itu, walaupun semula mereka meragukan prospek bisnis kaos oblong. Mereka mengembangkan kaos oblong dengan pelbagai bentuk dan warna serta memproduksinya secara besar-besaran. Citra kaos oblong semakin menanjak lagi manakala Marlon Brando sendiri – dengan berkaos oblong yang dipadu dengan celana jins dan jaket kulit – menjadi bintang iklan produk tersebut.




Mungkin, dikarenakan oleh maraknya polemik dan mewabahnya demam kaos oblong di kalangan masyarakat, pada tahun 1961 sebuah organisasi yang menamakan dirinya “Underwear Institute” (Lembaga Baju Dalam) menuntut agar kaos oblong diakui sebagai baju sopan seperti halnya baju-baju lainnya. Mereka mengatakan, kaos oblong juga merupakan karya busana yang telah menjadi bagian budaya mode.

Demam kaos oblong yang melumat seluruh benua Amerika dan Eropa pun terjadi sekita tahun 1961 itu. Apalagi ketika aktor James Dean mengenakan kaos oblong dalam film “Rebel Without A Cause”, sehingga eksistensi kaos oblong semakin kukuh dalam kehidupan di sana.

Di Indonesia, konon, masuknya benda ini karena dibawa oleh orang-orang Belanda. Namun ketika itu perkembangannya tidak pesat, sebab benda ini mempunyai nilai gengsi tingkat tinggi, dan di Indonesia teknologi pemintalannya belum maju. Akibatnya benda ini termasuk barang mahal.

Namun demikian, kaos oblong baru menampakkan perkembangan yang signifikan hingga merambah ke segenap pelosok pedesaan sekitar awal tahun 1970. Ketika itu wujudnya masih konvensional. Berwana putih, bahan katun-halus-tipis, melekat ketat di badan dan hanya untuk kaum pria. Beberapa merek yang terkenal waktu itu adalah Swan dan 77. Ada juga merek Cabe Rawit, Kembang Manggis, dan lain-lain.

Selanjutnya, tidak hanya di Amerika dan Eropa, di Indonesia pun kaos oblong sudah menjadi media berekspresi. Kaos oblong yang berwarna putih itu diberi gambar vinyet, dan waktu itu sempat menjadi tren/mode di kalangan anak muda Indonesia. Tapi tidak lama. Berikutnya vinyet digeser oleh tulisan-tulisan yang berwarna-warni. Tekniknya sepeprti sablon. Selain itu, ada juga gambar-gambar koboi, orang-orang berambut gondrong, dan lain-lain. Warna bahan kaos oblong pun sudah semarak, yaitu merah, hitam, biru kuning. Dan, tren kaos oblong rupa-rupanya direkam pula oleh Kartunis GM Sudarta melalui tokoh Om Pasikom dan kemenakannya dengan tajuk “Generasi Kaos Oblong” (Harian Kompas, 14 Januari 1978).